Hadits Dhaif Riyadus Shalihin 45

21 09 2010


Bab 303: Larangan Mendatangi Dukun dan Ahli Nujum

58/1679. Qabishah bin Al Mukhariq RA mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,

(( العِيَافَةُ ، وَالطِّيَرَةُ ، والطَّرْقُ ، مِنَ الجِبْتِ )) . رواه أبو داود بإسناد حسن .

Corat-coret (menggaris menebak nasib) atau menebak nasib dengan burung atau melempar burung supaya terbang; kalau terbang ke arah kanan bertanda baik, sedangkan kalau ke kiri bertanda sial, merupakan perbuatan tukang ramal.” (HR. Abu Daud dengan sanad yang hasan)

Keterangan:

Sanad hadits tersebut dha’if, karena ada perawi yang majhul (tidak diketahui identitasnya) yaitu Hayyan bin Al Alla, walaupun demikian, ada hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim yang meriwayatkan tentang syiriknya perbuatan meramal, khurafat, atau yang lainnya, diantaranya adalah hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda,

‘Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah, dan shafar”. (HR. Al Bukhari dan Muslim). Dalam salah satu riwayat Muslim disebutkan tambahan: dan tidak ada na’u serta ghul”.

Adwa: penjangkitan atau penularan penyakit. Sabda Nabi SAW bermaksud menolak anggapan masyarakat jahiiiyah, bahwa penyakit berjangkit atau menular tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan dengan kehendak dan takdir Allah SWT.

Thiyarah‘. merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya, atau apa saja.

Hamah’. burung hantu. Orang-orang jahiliyah merasa bernasib sial jika melihatnya. Jika burung hantu hinggap di suatu rumah, maka mereka berkeyakinan bahwa akan ada berita kematian dirinya atau anggota keluarganya.

Shafar: orang-orang jahiliyah beranggapan bahwa bulan shafar akan membawa kesialan atau mendatangkan hal-hal yang tidak menguntungkan.

Na’u’ tenggelam atau terbitnya suatu bintang: Masyarakat jahiliyah menisbatkan kepada bintang dalam suatu urusan, misalnya turunnya hujan (kepada suatu bintang)

Ghul‘. makhluk halus (hantu/salah satu makhluk jenis jin). Masyarakat jahiliyah berkeyakinan bahwa hantu tersebut (dengan perubahan bentuk maupun warna) dapat menyesatkan seseorang dan mencelakakannya. Padahal anggapan tersebut dalam Islam tidak benar, karena celakanya seseorang atau lainnya berasal dari kekuasaan Allah SWT.

Lihat Ghayatul Maram hadits no. 301, Dha’if Sunan Abu Daud hadits no. 842, Bahjatun-Nazhirin hadits no. 1670, dan Takhrij Riyadhush-Shalihin hadits no. 1670.


Wassalam: Ki Semar


Aksi

Information

Tinggalkan komentar